Hubungi Kami × +
Nama

Email Address*

Pesan*


About

Kisah Inspirasi tentang Pengaruh Istri Terhadap Kualitas Pencaharian Suami

 


Hiduplah sepasang suami istri dalam kondisi yang sangat melarat. Meskipun demikian, keluarga tersebut hidup dengan penuh tenteram. Mereka menaati perintah Allah Swt. Dan menghindari segala sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Dengan ungkapan lain, keluarga ini termasuk keluarga yang sangat tekun beribadah.

suami adalah orang yang alim, bertakwa, dan bertawakkal. Tetapi, sudah beberapa lama, istrinya sering kali mengeluh terhadap kemiskinan yang tiada habis-habisnya itu. Kondisi yang demikian memaksa suami mencari jalan keluar. membayangkan alangkah senangnya hidup jika segala-galanya serba cukup.

Maka diputuskan suatu hari, si suami yang alim itu berangkat ke ibu kota, dengan tujuan mencari pekerjaan. Di tengah perjalanan, ia melihat sebatang pohon besar yang sedang dikerumuni banyak orang. Si suami mendekat. Ternyata, mereka sedang memuja pohon yang dianggapnya keramat dan sakti tersebut. Banyak juga wanita dan pedagang yang meminta-minta kepada pohon itu agar suami mereka setia atau dagang mereka laris.

"Ini syirik," ujar suami yang alim tersebut. "Ini harus diberantas habis. Masyarakat tidak boleh dibiarkan menyembah dan meminta kepada selain Allah Swt."

Maka, pulanglah si suami itu dengan terburu-buru. Melihat kedatangan suaminya yang begitu cepat, si istri menjadi heran. Apalagi saat ia lihat suaminya pulang hanya untuk mengambil sebilah kapak yang diasahnya tajam-tajam. Lantas, si suami bergegas keluar kembali. Istrinya bertanya kepadanya, tetapi ia tidak menjawab. Ia segera menaiki keledainya dan dipacu cepat-cepat menuju pohon tersebut. Sebelum sampai di tempat, tiba-tiba melompatlah sesosok tubuh yang tinggi, besar, dan hitam. Ia adalah iblis yang menyerupai manusia.

"Hai, mau ke mana kamu?" tanya si iblis.

Suami yang alim tersebut menjawab, "Aku mau menuju pohon yang disembah-sembah oleh banyak orang bagaikan menyembah Allah Swt. Aku sudah berjanji kepada Allah Swt. akan menebang pohon itu.

"Kamu tidak ada hubungan apa-apa dengan pohon itu. Yang penting, kamu tidak ikut-ikutan syirik seperti mereka. Sekarang, kamu pulang saja," bujuk si iblis.

"Tidak boleh, kemungkaran mesti diberantas," jawab si alim tegas.

"Berhenti, jangan teruskan!" bentak si iblis marah. "Akan aku teruskan!" ujar si alim itu.

Karena sama-sama bersitegang, akhirnya terjadilah perkelahian antara orang alim tersebut dengan iblis. Jika melihat perbedaan badannya, seharusnya orang alim itu dapat dengan mudah dikalahkan. Namun, ternyata iblis menyerah kalah, kemudian meminta ampun kepada si suami yang alim ini.

Selanjutnya, sambil menahan sakit, si iblis berkata, Tuan, maafkanlah kekasaranku. Aku tidak akan berani lagi mengganggumu, Tuan. Sekarang, pulanglah ke rumahmu. Aku berjanji, setiap pagi, apabila Tuan selesai menunaikan shalat Subuh, di bawah tikar Tuan akan kusediakan uang emas empat dinar. Pulang saja, dan jangan teruskan niat Tuan untuk menebang pohon," rayu si iblis.

Mendengar janji iblis itu, lunturlah tekad si alim tersebut. Ia teringat istrinya yang kelak akan hidup berkecukupan. Ia membayangkan si istri tidak akan marah-marah lagi lantaran telah mendapatkan banyak uang. Setiap pagi, ia akan memperoleh empat dinar. Artinya, dalam sebulan saja, ia bisa menjadi orang kaya. Mengingat desakan-desakan istrinya itu, pulanglah ia. Niatnya yang semula hendak memberantas kemungkaran hilang seketika.

Demikianlah, sejak hari pertama, ketika si alim selesai shalat Subuh, dibukanya tikarnya, dan ia mendapati empat benda berkilat, yakni empat dinar uang emas. Ia meloncat riang, dan istrinya pun gembira.

Begitu juga dengan hari yang kedua. Ia pun memperoleh empat dinar emas. Pada hari ketiga, matahari mulai terbit, dan ia membuka tikarnya. Ternyata, ia pun masih mendapati uang itu. Tetapi, pada hari keempat, ia mulai kecewa. Di bawah tikarnya, tidak ada apa-apa lagi, kecuali tikar pandan yang rapuh. Istrinya mulai marah karena uang yang kemarin sudah dihabiskan olehnya. 

Si alim dengan lesu menjawab, "Jangan khawatir ya, esok mungkin kita akan mendapatkan delapan dinar sekaligus."

Keesokan harinya, dengan harap-harap cemas, mereka bangun pagi-pagi. Setelah shalat Subuh, mereka membuka tikar. Ternyata, mereka tidak mendapatkan apa-apa di sana. Kosong.

"Kurang ajar, dasar penipu," teriak si istri. "Ambil kapak, kemudian tebanglah pohon itu."

"Ya, memang ia telah menipuku. Akan aku habiskan pohon itu semuanya hingga ranting dan daun-daunnya," sahut si suami.

Maka, ia segera mengeluarkan keledainya. Sambil membawa kapak yang tajam, ia memacu keledainya menuju pohon itu berada. Di tengah jalan, iblis yang berbadan tinggi dan besar sudah menghadangnya lagi. Dengan mata melotot tajam, iblis itu bertanya, "Mau ke mana kamu?" 

"Aku mau menebang pohon itu," jawab si alim dengan gagah berani.

"Berhenti, jangan lanjutkan!"

"Bagaimanapun juga, aku tidak boleh berhenti sebelum pohon tersebut tumbang." Maka, terjadilah kembali perkelahian yang hebat. Tetapi, kali ini, bukan iblis yang kalah, melainkan si alim yang terkulai. Dalam kesakitannya, si alim ini bertanya penuh heran, "Dengan kekuatan apa, sehingga kamu dapat mengalahkanku, padahal dulu kamu tidak berdaya sama sekali?"

Iblis itu dengan angkuh menjawab, "Tentu saja kamu bisa menang sebelumnya. Sebab, pada waktu itu, kamu keluar rumah untuk Allah Swt., demi Allah Swt. Andaikan kukumpulkan seluruh belantaraku untuk menyerangmu sekalipun, aku takkan mampu mengalahkanmu. Sekarang, kamu keluar dari rumah hanya karena tidak ada uang di bawah tikarmu. Maka, meskipun kamu keluarkan seluruh kebolehanmu, tidak mungkin kamu mampu menjatuhkanku. Pulang saja ke rumah. Jika tidak, kupatahkan lehermu."

Mendengar penjelasan iblis tersebut, si alim jadi termangu la merasa bersalah, dan niatnya memang sudah tidak ikhlas karena Allah Swt. lagi. Dengan terhuyung-huyung, ia pulang ke rumahnya.

Akhirnya, dibatalkanlah niatnya untuk menebang pohon itu. Ia sadar bahwa perjuangannya yang sekarang tanpa keikhlasan karena Allah Swt., dan ia sadar bahwa perjuangan semacam itu tidak akan menghasilkan apa apa, kecuali kesia-siaan belaka. Sebab, tujuannya adalah harta benda, bukan demi meraih keutamaan Allah Swt. dan agama Islam.

Kisah ini sejatinya harus menjadi renungan bagi suami bahwa di antara cara suami memuliakan istri adalah tidak memberinya nafkah dari jalan yang tidak benar. Memberikan nafkah kepada istri dengan harta yang diperoleh dari jalan yang haram, yang tidak diridhai oleh Allah Swt., hanya akan menjerumuskan istri dan semua anggota keluarga ke dalam kesesatan dan kehinaan.

Maka, berhati-hatilah saat Anda hendak memberikan nafkah kepada istri. Meskipun memberi nafkah merupakan kewajiban seorang suami, namun jika nafkah itu diperoleh dari jalan yang sesat maka kewajiban itu tidak akan menimbulkan pengaruh apa pun, kecuali hanya keburukan yang dapat menjauhkan dari ridha Allah Swt.

Disarikan dari buku "Cara menjadi suami yang pintar memuliakan istri" karya Nurla Isna Aminullah

Maros 
30 Juli 2021

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Buka komentar
Tutup komentar

Belum ada Komentar untuk "Kisah Inspirasi tentang Pengaruh Istri Terhadap Kualitas Pencaharian Suami"

Posting Komentar

Subcribe

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel