Pentingnya Menjaga Kebersihan Hati
LANGKAH- LANGKAH HATI
BERSIH
Kajian DI Masjid Nur Ahmad, Maros
19 Desember 2021
Masalah hati adalah masalah prioritas, dimana Allah subhanahu wa ta'ala sangat memperhatikan kualitas hati seorang hamba, dan yang menjadi patokan baik tidaknya seorang hamba, adalah dari hatinya, sehingga Allah pun memilih hati yang paling baik untuk menjadi wali-Nya dan menjadi sahabat dari wali-Nya.
Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
إِنَّ اللهَ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ
الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ
قُلُوْبِ الْعِبَادِ، فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ
نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ، فَوَجَدَ قُلُوْبَ
أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ
يُقَاتِلُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ
اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ
“Sesungguhnya
Allah memperhatikan hati para hamba-Nya. Allah mendapati hati Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hati yang paling baik, sehingga Allah
memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudian
Allah melihat hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati
para sahabat beliau adalah hati yang paling baik. Oleh karena itu, Allah
menjadikan mereka sebagai para pendukung Nabi-Nya yang berperang demi membela
agama-Nya. Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti
baik di sisi Allah. Apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi
Allah.”
(Diriwayatkan
oleh Ahmad dalam al-Musnad, I/379, no. 3600. Syaikh Ahmad Syakir mengatakan
bahwa sanadnya shohih).
Ibrahim pernah berdoa kepada Allah:
وَلَا تُخۡزِنِي يَوۡمَ يُبۡعَثُونَ
٨٧ يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَال وَلَا بَنُونَ
٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡب سَلِيم ٨٩
dan janganlah Engkau hinakan
aku pada hari mereka dibangkitkan. (yaitu) di hari harta dan anak-anak
laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih” (QS As Syu'ara:87-89)
Ini menunjukkan bahwa perkara yang ditekankan pada hari
kiamat adalah hati. Sebagaimana Hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam :
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta
kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR.
Muslim no. 2564).
Nabi Shallallahu Alaihi Wasalam juga pernah menjelaskan tentang seorang
wanita hitam tetapi ia menjadi penghuni surga dalam riwayat al Bukhari.
Tatkala berbicara tentang pembersihan hati, maka kita
berbicara tentang perjuangan.
عن عبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ
مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ
فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ
وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ, حديث
صحيح رواه ابن ماجه
Abdullah bin ‘Amru berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ; “Manusia bagaimanakah yang paling mulia?” Beliau menjawab: “Semua orang yang hatinya makhmum (disapu/dibersihkan) dan tutur katanya benar.” Mereka berkata; “Tutur kata yang benar kami sudah mengerti, tetapi apakah maksud dari hati yang makhmum?” Beliau bersabda: “Yaitu hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada dosa, kezoliman, kedengkian dan hasad di dalamnya.” (Hadis shahih riwayat Ibn Majah).
Adapun ciri-ciri hati kita
bermasalah adalah tidak khusuk dalam sholat. Ketika sholat banyak dunia yang
kita pikirkan. Pikiran kita menerawang kemana-mana. Tidak betah berlama-lama
baca Al-quran, tidak menangis ketika membaca Al-quran, mudah suudzon dengan
orang lain, dan banyak lagi yang lainnya. Berikut ini langkah-langkah untuk
membersihkan hati:
- Menjaga Lisan
Diisyaratkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam hadits:
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى
يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ
“Tidaklah istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah
hatinya, dan tidaklah istiqomah hatinya sampai istiqomah lisannya.” (HR.
Imam Ahmad, dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani).
Jangan sampai mengghibah, namimah, mengumpat, dll, Kaedah penting yang perlu diingat adalah sebelum berkata-kata atau berbuat, pikirkanlah bagaimana perasaan kita jika kita berada di posisi dia ketika ia menerima perkataan ini.
- Banyak Beristigfar
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
menjelaskan,
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ
خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ
وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ،
وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ
مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 4). (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi).
Jika hati telah kotor, maka semua maksiat tidak akan menjadi
masalah bagi dirinya dan dia merasa biasa saja. Maka ketahuilah setiap
kemaksiatan pasti memunculkan kemudhorotan. Kemudhorotan paling besar terjadi
pada hati kita.
- Tidak kepo kejelekan orang lain.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لَا يُبَلِّغُنِي أَحَدٌ مِنْ
أَصْحَابِي عَنْ أَحَدٍ شَيْئًا، فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَخْرُجَ إِلَيْكُمْ
وَأَنَا سَلِيمُ الصَّدْرِ (رواه أبو داود
والترمذى)
“Tidaklah seseorang di antara
sahabat-sahabatku yang menyampaikan sesuatu kepadaku dari seseorang,
[melainkan] aku sungguh senang jika aku keluar menemui kalian sementara aku
dalam keadaan hati yang bersih” (HR Abu Dawud dan Tarmizi)
- Berusaha tenteram dan bahagia
tatkala sendiri
Latihlah diri kita apakah merasa
nyaman tatkala sedang sendiri. Kita akan merasa nyaman ketika bertemu teman.
Tetapi jangan sampai kita hanya merasa nyaman ketika bersama dengan teman. Kita
harus melatih diri untuk merasa nyaman tatkala sendiri, karena waktu kita
sendiri akan lebih lama. Hal ini akan membantu membersihkan hati kita jika
kondisi seperti ini kita alami,
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا
فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Seseorang yang berdzikir kepada Allâh
dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR Bukhari)
Pernahkah kita merenungi diri sendiri? Menangis di
kesendirian kita? Dan merasa nyaman dengan ibadah kita ketika sendiri?
- Berdzikir kepada Allah
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ
قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram” (QS A r Ra’d:28)
Semakin banyak kita mengingat
Allah, maka Allah akan semakin banyak mengingat kita. Sebagaimana firmannya:
فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ… ١٥٢
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu, …”(QS Al Baqarah: 152)
Jika ingin mendapatkan perhatian
Allah banyaklah berzikir kepada Allah. Dzikir terbaik adalah membaca Al-Quran.
Allah yang membuat kita bahagia. Allah yang memegang hati setiap manusia.
- Latihlah diri untuk ikhlas
Tanda kebahagiaan seorang hamba adalah ikhlas kepada Allah dan berusaha untuk bermanfaat bagi orang lain. Ikhlas artinya tidak mengharap pujian orang lain, tetapi mengharapkan bagaimana komentar Allah terhadap dirinya. Maka dia akan melatih diri untuk senantiasa mengoreksi niatnya supaya selalu ikhlas kepada Allah.
Semakin kita melakukan semua hal tersebut
karena Allah maka kita akan semakin bahagia. Tidak peduli dengan komentar orang
lain. Kita harus berlatih untuk menjadi pribadi yang ikhlas. Bagaimana caranya?
Diantaranya berusaha untuk menyembunyikan amal sholeh.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ
الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
“Sesungguhnya Allah
mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang
suka mengasingkan diri.” (HR. Muslim no.
2965, dari Sa’ad bin Abi Waqqash) Mengasingkan diri
berarti amalannya pun sering tidak ditampakkan pada orang lain.
Tatkala kita menggantungkan diri
kita kepada Allah, maka kita akan semakin bahagia. Tatkala kita menggantungkan
diri kita kepada komentar orang lain, maka kita tidak pernah bahagia. Karena akan
ada saja komentar orang lain terhadap diri kita.
- Membantu orang lain
Berdasarkan hadis riwayat Imam Al-Thabrani dari Abu
Al-Darda’, dia berkata;
أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَجُلٌ يَشْكُوْ قَسْوَةَ
قَلْبِهِ، قَالَ : أَتُحِبُّ أَنْ يَلِيْنَ قَلْبُك، وَ تُدْرَكَ حَاجَتُكَ؟ اِرْحَمِ
الْيَتِيْمَ، وَامْسَحْ رَأْسَهُ، وَأَطْعِمْهُ مِنْ
طَعَامِكَ، يَلِنْ قَلْبُكَ، وَتُدْرَكْ حَاجَتُكَ (رواه الطبراني وعبد الرزاق
وابونعيم وحسنه الالبانى)
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw mengeluhkan tentang kerasnya hati. Nabipun bertanya: “sukakah kamu jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” (HR. al-Thabrani, Abd al-Razzaq, dan Abu Nu’aim. Hadis ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam al-Targhib No.2544).
- Jangan memasukkan dunia di hati
Hati bukan tempat untuk menampung perkara dunia, jika ada
masalah cari jalan keluar dan solusi yang tepat, dan jangan disimpan di dalam hati,
karena hal tersebut akan merusak fungsi hati.
Imam ibnu Qayyim berkata:
وجعل قلبه محل كنوزه من الإيمان و
التوحيد و الإخلاص و المحبة و الحياء و التعظيم و المراقبة
Dan menjadikan hatinya sebagai tempat perbendaharaannya
berupa keimanan, tauhid, ikhlas, cinta, malu, pengagungan, dan pengawasan
(ibnu Qayyim al Jauziyah, al Wabilus Shayyib: 27)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِيْ وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أَنَا وَالدُّنْيَا؟! إِنَّمَا
مَثَلِيْ وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ ظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ
وَتَرَكَهَا
Apalah artinya dunia ini
bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan
dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat
(sesaat) kemudian meninggalkannya. (HR Ahmad)
- Senantiasa menerima takdir
Penerimaan terhadap takdir Allah
akan menyebabkan kita senantiasa husnuzan kepada Allah. Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا
بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ
شَيۡءٍ عَلِيم ١١
“Tidak
ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barang
siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS A t Taghabun: 11)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ، إِنَّ اللهَ
لاَ يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ
“Aku begitu takjub pada
seorang mukmin. Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk seorang
mukmin melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Ahmad, 3:117.
Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).
- Menundukan
pandangan
Ibnu Qayyim dalam Jawabul Kaafi menyatakan menjaga pandangan
akan menguatkan hati. Membuat hati lebih kuat dan bergembira, karena mata yang
tak ditahan membuat hati lemah dan bersedih.
- Do’a
Sebab yang paling utama untuk
membersihkan hati adalah berdoa kepada Allah. Diantara doa yang diajarkan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam, adalah :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ
ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati,
teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi no.3522, imam Ahmad)
Terakhir, Kenapa
hati harus bersih? Karena perkara hati pun kelak akan Allah hisab pada hari
kiamat, Dari
Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
يَخْلُصُ المُؤْمِنُونَ مِنَ النَّارِ، فَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ
الجَنَّةِ وَالنَّارِ، فَيُقَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ مَظَالِمُ كَانَتْ
بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا، حَتَّى إِذَا هُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِي
دُخُولِ الجَنَّةِ، فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَأَحَدُهُمْ أَهْدَى
بِمَنْزِلِهِ فِي الجَنَّةِ مِنْهُ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا
“Setelah
orang-orang beriman diselamatkan dari neraka (selamat melewati shirath, pen.),
mereka tertahan di qantharah yang ada di antara surga dan neraka. Maka
ditegakkanlah qishash di antara mereka akibat kedzaliman yang terjadi di antara
mereka selama berada di dunia. Setelah dibersihkan dan dibebaskan, mereka pun
diijinkan masuk surga. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh
mereka lebih mengetahui tempat mereka di surga daripada tempatnya ketika berada
di dunia.” (HR Bukhari)
و الله أعلم بالصواب
Referensi
Kajian ustadz Dr. Firanda
Andirja, MA
Dan ada tambahan redaksi
serta beberapa dalil
Belum ada Komentar untuk "Pentingnya Menjaga Kebersihan Hati"
Posting Komentar